Melihat trennya, luas perkebunan kopi nasional cenderung meningkat dalam sedekade terakhir. Luas perkebunan kopi pun mencapai angka tertingginya pada tahun lalu.
Berdasarkan pengelolaannya, mayoritas perkebunan kopi di Indondesia milik rakyat, yakni 1,26 ha. Sementara, luas perkebunan kopi dalam skala besar yang dikelola oleh negara dan swasta sebesar 23.200 ha.
Adapun, Sulawesi Selatan menjadi provinsi dengan perkebunan kopi terluas pada 2022, yakni 268.000 ha.
Posisinya diikuti Lampung dan Aceh dengan luas perkebunan kopi masing-masing sebesar 156.500 ha dan 126.600 ha.
Sementara, Papua Barat dan Bangka Belitung memiliki luas perkebunan kopi paling kecil, yakni sama-sama 20 hektare. Sedangkan, Jakarta dan Kepulauan Riau terpantau tidak memiliki perkebunan kopi pada tahun lalu.
Di Pagar Alam Tiap Tahun Sejuta Sambung Pucuk
Foto : Pagaralampos.com Petik Merah : Di Pagar Alam kopi petik merah jadi tren panen tiap tahunnya.
Bagaimana dengan Pagar Alam, yang juga menyokong produksi kopi di Sumsel. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Kota Pagar Alam, jika luasan perkebunan kopi mencapai 8.000 hektar lebih.
Luasan ini mayoritar tersebar di wilayah 3 Dempo, yakni Selatan, Tengah dan Utara. Yang notabanenya kopi dataran tinggi.
Untuk diketahui, di kalangan petani Pagar Alam rata rata bisa menghasilkan sekitar 1,8 tin hingga 2 ton per hektar.
Jika dikelola dengan baik, satu hektar bisa lebih 2 ton atau 3 tonan. Belum lagi, petik merah cerry kopi jadi tren belakangan ini untuk memenuhi pasar kopi.
Ya, di klaim produksi kopi di Pagar Alam meningkat dengan ikon Gunung Demponya ini. Sebab, Pemkot Pagar Alam kurun lima tahun terakhir menggenjot produksi dengan program sejuta sambung pucuk kopi.
"Tahun ini, di 2023 sejuta sambung pucuk masih berlanjut. Kedepan produksi kopi terus terdongkrak untuk kesejahteraan petani," ucap Kadis Pertanian Dra Suterimawaty melalui Kabid Produksi Perkebunan Diki Herlambang SP kepada Pagaralampos.com, Minggu (30/4/2023). (*)