Sentra Wirajaya Berikan Layanan Terapi Fisik untuk Gadis Kecil Masyita

Rabu 01-03-2023,11:33 WIB
Reporter : kemensos.go.id
Editor : Elis

PAGARALAMPOS.COM - M. Jamil Taufik dan istrinya, Sari, yang sehari-hari hanya bekerja sebagai buruh lepas dan tak punya penghasilan tetap. Warga yang berdomisili di Kecamatan Tallo, Kota Makassar ini terpaksa menghadapi realitas bahwa anak bungsu mereka, Masyita Naura Krasiva (5) mengalami hambatan dalam proses tumbuh kembangnya.

Pada usianya yang baru menginjak 13 bulan kala itu, putri cantik mereka didiagnosis menyandang cerebral palsy (CP) tipe spastic. Penyakit tersebut melumpuhkan saraf otak sehingga selama bertahun-tahun, membuat Masyita hanya mampu berbaring, tanpa bisa duduk, berdiri, apalagi berjalan. Lara yang menyayat hati orang tua Masyita tidak sampai di situ saja. Cerebral palsy juga telah merampas kemampuan Masyita dalam berkomunikasi secara verbal.

Menurut keterangan sang Ibu, awalnya bocah mungil nan lucu itu mengalami demam tinggi dengan suhu 39 derajat. Ketika akan dibawa ke rumah sakit, rupanya demonstrasi massa secara besar-besaran sedang melanda rute yang hendak dilalui sehingga kemacetan parah tak terelakkan. Tak ayal, Masyita pun terlambat mendapatkan penanganan medis.

Asesmen yang dilaksanakan pada 30 November 2022 oleh Sentra Wirajaya menyebutkan, balita Masyita telah mampu membolak-balik tubuhnya saat berbaring. Kedua kakinya mengecil dan kejang, tangan kiri mampu menggenggam, sedangkan tangan kanannya masih sering mengalami kejang otot. Oleh sebab itu, Sentra Wirajaya memberikan layanan terapi fisik untuk mencoba membiasakan gerakan pada otot Masyita. Bahkan saat tulisan ini disusun pada awal Februari 2023, Masyita telah mampu memosisikan tubuhnya untuk duduk meski belum sempurna. Selain fisioterapi, hasil asesmen juga merekomendasikan Masyita untuk memperoleh kursi roda adaptif guna membantunya melatih posisi duduk yang lebih baik sekaligus membantu dalam hal mobilitas.

BACA JUGA:Wamenkes Perkuat Sinergi dan Kolaborasi Kemenkes-Universitas dalam Menurunkan Beban Penyakit Katastropik

Fisioterapis yang selama ini merawat Masyita, Murniaty, menjelaskan bahwa pertumbuhan Masyita masih tampak seperti anak usia 9 bulan. “Kalau anak 5 tahun, kan, sudah bisa bermain, lompat ke sana kemari, berlari, dan sebagainya. Tapi, Masyita ini hanya bisa baring, bolak-balik badannya kiri-kanan, merangkak pun belum bagus, duduknya cuma bisa sebentar sekali. Awalnya itu lehernya tidak bisa tegak, bentuk kakinya menyilang ke lutut karena kaki-kakinya itu kaku sekali.”

Menangani kerusakan otak tidak semudah atau secepat yang dibayangkan. Perlu waktu cukup lama dan juga kerja sama dengan orang tua.

“Misalnya, dalam hal hambatan berkomunikasi. Jangan sampai, mentang-mentang anaknya mengalami gangguan komunikasi, lantas orang tua tidak mengajaknya bicara. Cara berkomunikasinya pun harus sama dengan apabila berkomunikasi dengan anak-anak lain," kata Murni.

Menurut Murni, ketika orang tua hendak berbicara dengan anak yang menyandang CP, harus tetap dengan cara berhadap-hadapan. “Dengan begitu, anak selain dapat melihat orang tuanya, dia pun mampu melihat gerakan mulut orang tua dan menyimpannya di kepala untuk memahaminya. Tujuan utama kita untuk anak ini bukan dulu untuk penyembuhan."

BACA JUGA:Kemenkes Resmi Transformasikan PeduliLindungi Menjadi SATUSEHAT Mobile.

Pertama-tama, lanjut Murni, anak penyandang CP harus bisa mengendalikan geraknya sendiri supaya bisa memosisikan tubuh dengan baik.

"Minimal dia bisa duduk. Kalau dia bisa duduk, artinya leher dan tulang belakangnya bisa diposisikan dengan baik. Kalau leher dan tulang punggungnya sudah bagus posisinya, persiapan untuk belajar berdiri bisa dilakukan,” papar Murni lebih lanjut.

Setiap anak adalah harta berharga Sang Pencipta yang dititipkan kepada orang tua. Setiap orang tua wajib merawat dan membesarkan dengan segenap kasih, jiwa dan raga. Dengan setia, hampir setiap hari Sari membawa Masyita ke ruang poliklinik Sentra Wirajaya untuk menjalani terapi fisik. Dia mengungkapkan bahwa anaknya sudah sangat nyaman dengan terapi fisik yang dijalani di Sentra Wirajaya.

“Alhamdulillah, banyak sekali perkembangan yang dialami Masyita sejak mendapatkan fisio di sini. Sudah berapa tempat yang kami datangi untuk terapi, tidak sama dengan layanan fisio di sini. Tangan kanannya sudah mulai aktif, pergelangan tangan kirinya yang tadinya kaku sekali, sekarang mulai bisa digerakkan. Nafsu makannya juga bertambah, bahkan sudah bisa teriak," kata Sari.

BACA JUGA:Tinjau Kesiapan Layanan KRIS di RSUP dr. M. Djamil, Wamenkes: Harus Tingkatkan Kualitas dan Kapasitasnya

Kategori :