PAGARALAMPOS.COM - Adalah Nenek Asna (64) dan Kakek Islak (66) yang tinggal di rumahnya yang nyaris roboh. Keduanya tinggal bersama anak ke empat, Risja (30). Menurut keterangan Sari, Tim Sentra Galih Pakuan sudah turun pada tanggal 13 Februari dan langsung melakukan asesmen. Hasilnya, kondisi rumah yang ditempati keduanya jauh dari kata layak.
Kementerian Sosial melalui Sentra Galih Pakuan merespon berita sepasang lansia yang tinggal di rumah tidak layak huni di Desa Parigi, Kecamatan Saketi, Kabupaten Pandeglang Banten.
“Kami ditugaskan oleh Bu Menteri Sosial untuk menangani lansia yang tinggal di rumah tidak layak huni di Pandeglang, yang kebetulan masuk dalam wilayah kerja Galih Pakuan,” kata Kepala Sentra Galih Pakuan, Siti Sari Rumayanti saat dihubungi via telpon pada Rabu (22/2).
“Lantainya tanah, dindingnya dari bambu, atapnya rumbia. Kalau ada angin kencang, bisa roboh. Untuk itu kita sudah ajukan proposal untuk mendapatkan program Rumah Sejahtera Terpadu, dibantu oleh Pak Camat, Pak Kades, sama pendamping. Proposalnya sudah masuk,” katanya.
BACA JUGA:Sekretaris KORMI Prov. Sumsel Hadiri Acara Pelantikan Pengurus PERWATUSI DPD Sumsel
Melihat kondisi rumah yang mengkhawatirkan, Kemensos bersama-sama dengan aparat setempat memasang terpal untuk sementara sampai perbaikan rumah bisa terlaksana. Hal ini juga untuk mengantisipasi hujan dan angin kencang. Selain itu, Kemensos juga memberikan edukasi tentang kebencanaan kepada keluarga dan aparat desa apabila terjadi angin dan hujan dengan intensitas tinggi agar dapat mengevakuasi Nenek Asna dan keluarganya ke tempat yang lebih aman. Tim juga membantu membersihkan rumah.
Kemudian pada tanggal 14 Februari, Tim Kemensos menyerahkan bantuan berupa paket sembako, nutrisi, perlengkapan kebersihan diri, bantuan sandang berupa perlengkapan ibadah, dan bantuan perlengkapan rumah tangga seperti kasur, lemari, dan perlengkapan lainnya. Bantuan ini dipilih karena perlengkapan rumah tangga milik Nenek Asna sangat minim.
Sehari-hari, Kakek Islak bekerja sebagai buruh tani menggarap sawah milik orang lain dengan sistem bagi hasil. Setiap panen mendapatkan bagi hasil sebanyak 2 kwintal gabah yang digunakan untuk makan sehari-hari. Selain bertani, ia juga memiliki 4 ekor kambing. Sementara Nenek Asna membantu bekerja mencabut rumput di sawah, terkadang juga ikut bekerja sebagai buruh tani dengan pendapatan Rp.25.000 per hari.
Untuk menambah penghasilan, Kakek Islak ingin beternak bebek dengan pertimbangan bahwa lokasi rumah yang dekat persawahan cocok untuk memelihara bebek. Ada banyak keong dan bekicot yang dapat digunakan sebagai pakan. Dari segi perawatannya juga mudah dan tidak terlalu membutuhkan tenaga fisik yang berlebih.
BACA JUGA:Wako Safari Jum’at di Masjid Nurul Hijroh, Dukung Insan Berkahklakul Karimah
“Hari itu juga (14/2), kita kasih bebek sama pakannya. Ada 25 ekor, dan pakan konsetrat 1 karung. Harapannya hasil telur bisa di pakai untuk penambah nutrisi makan dan bisa juga di jual. Sehingga ada penambahan income,” ujar Sari.
Selanjutnya, dikatakan Sari, Tim Kemensos mengantar Nenek Asna dan Kakek Islak untuk melakukan pemeriksaan di poli paru dan Kakek Islak di poli jiwa Puskesmas Seketi pada tanggal 15 Februari. Nenek Asna sering mengeluhkan batuk yang tak kunjung sembuh. Sedangkan Kakek Islak kerap tidak bisa tidur, sakit kepala, dan merasa gelisah. Pada Senin (20/2), keduanya sudah melakukan kontrol di Puskesmas.
“Hasil pemeriksaan TB nya sudah keluar, alhamdulillah negatif,” kata Sari
Sementara itu, dari sisi keberfungsian keluarga, Kemensos menggelar family meeting bersama Nenek Asnah, Kakek Islak, Risja, Kader Kesehatan Ibu Pupu, dan Pekerja Sosial dengan materi edukasi kepada anak dalam pendampingan minum obat, penguatan dukungan keluarga, dan penanaman nilai keluarga. Adapun keduanya memiliki lima orang anak. Empat orang tinggal di luar kota. Hanya Risja yang tinggal bersama.
BACA JUGA:Siap Bersinergi Memajukan Pagaralam, Kapolres Pagaralam AKBP Erwin Irawan Sambut Hangat Pengurus PWI