PAGARALAMPOS.COM - Di STPL Bekasi, budidaya maggot menjadi salah satu pilihan ketrampilan sekaligus kewirausahaan bagi penerima manfaat. Budidaya maggot juga menjadi alternatif pengolahan sampah baik bagi STPL sendiri, bahkan sampah dari Sentra Handayani di Bambu Apus.
Kini, sampah tidak lagi menjadi material yang harus dibuang, namun dapat diolah menjadi sumber uang.
Hal ini pula yang dirasakan oleh Zaelani (28). Sehari-hari, ia rutin memberi makan ayam dengan pakan dari maggot, larva pemakan sampah. Pria yang dulunya mengais rejeki di jalanan ini, kini menjadi salah satu pengelola pengolahan sampah organik di Sentra Terpadu Pangudi Luhur (STPL) Bekasi.
“Ini pakannya dari sampah yang dimakan sama ulet maggot dari kandang lalat BSF yang di sana,” katanya sambil menunjuk tempat budidaya maggot.
BACA JUGA:Pengaruh Aibon, Pelaku Pencabulan Anak di Prabumulih Akui Sudah 3 Kali Beraksi
BSF adalah Black Soldier Fly (BSF) yang menghasilkan larva, cikal bakal maggot, dan dapat memproses biokonversi sampah organik dan mendegradasi sampah lebih cepat. Selain untuk menghasilkan kompos organik, larvanya juga dapat digunakan sebagai pakan unggas dan ikan.
“Jadi, sampah-sampah yang ada di sini kita kumpulin, ada juga sampah yang dari Bambu Apus. Terus, kita pilah mana yang basah mana yang kering. Termasuk sisa-sisa makanan kita di sini,” katanya saat ditemui di STPL Bekasi, Selasa (21/2).
Menurut Zaelani, STPL memiliki tempat khusus yang digunakan untuk kandang BSF. BSF kemudian bertelur dan menetas menjadi larva 3-4 hari kemudian. “Larva itu kita taruh di sampah basah yang udah dicacah. Nanti larvanya yang makan sampah sampai kemudian jadi besar, jadi maggot. Itu prosesnya 15 hari, baru siap panen. Sekali panen bisa 30 – 40 kg (maggot),” terangnya.
Untuk hasil panen yang lebih bagus, Zaelani menuturkan harus menunggu 5 – 7 hari. Maggot pada siklus ini disebut Pupa atau fresh maggot yang mempunyai kandungan protein hingga 60% sehingga baik untuk ternak dan ikan. “ Fresh maggot ini yang kita jual untuk pakan ternak. Terus sisa sampahnya itu dijadiin pupuk,” ujarnya.
BACA JUGA:Kadinkes Sumsel Himbau Petugas Rumah Sakit Selalu Update SIRS dan Monitor SISRUTE
Budidaya maggot merupakan siklus. Oleh karena itu, STPL tidak menjual seluruh maggot yang dihasilkan, karena maggot dewasa akan menjadi BSF dan memulai siklus selanjutnya.
Saat ini maggot yang dibudidaya oleh PM digunakan sebagai pakan alternatif berbagai jenis unggas, ikan dan reptil. Hasil budidaya juga dipasarkan ke para peternak ayam, peternak ikan dan toko pancing.
Khairul Ajis (34), instruktur budidaya maggot di STPL mengatakan bahwa omzet dari budidaya maggot sendiri mencapai rata-rata Rp2 juta per bulan. Cuan boos.
"Dari sisi penjualan fresh maggot, kita bisa jual 10 kg/bulan dari sisa pakan ternak. Dihargai per kilo Rp6.000. Dari sisi telur, rata-rata pembelian di bawah 10-gram harga per gramnya Rp5.000. Per bulan bisa sampai Rp2 juta," ungkap Khairul.
BACA JUGA:Sukseskan Transformasi Kesehatan, Menkes: Ajak Semua Pihak Wujudkan Layanan Kesehatan yang Baik