Belajar Dari Bola Pecah

Kamis 09-02-2023,13:53 WIB
Reporter : artikel
Editor : Almi

Anak usia delapan tahun itu duduk termenung memeluk kedua lututnya di teras rumah yang anggun, sembari menyandarkan punggungnya ke dinding. Dari raut wajahnya terlihat perasaannya tengah bercampur aduk antara marah dan sedih. Ia baru saja bertengkar dengan teman baiknya, Gaga.  Siang tadi ia bermain bola kaki bersama Gaga di kompleks perumahan sekitar rumahnya dan ia tidak sengaja menendang bola milik Gaga ke pagar besi di salah satu rumah komplek tersebut hingga bola itu pecah. Bola itu adalah hadiah dari sang Ayah karena ia mendapat nilai seratus. Dengan wajah merah, Gaga mendekatinya. Sebelum ia sempat mengatakan sesuatu Gaga telah mendorongnya hingga terjatuh.  "Aku minta maaf, Ga. Aku nggak sengaja." Ucapnya, Ia tidak berani melawan. Dibandingkan tubuh Gaga yang gempal, tubuhnya lebih kecil. "Pokoknya kamu harus ganti. Itu hadiah dari Ayahku." Perlahan matanya mulai berkaca-kaca. "Tapi kan aku tidak sengaja, Ga, ucapnya dengan nada bersedu-sedu" "Aku nggak mau tau, pokoknya harus ganti." Jawab Gaga dengan nada marah. Tak lama kemudian, anak bertubuh gempal itu balik badan lantas meninggalkan temannya yang sedang terjatuh itu. Kini anak usia sepuluh tahun itu tengah duduk menekur di teras rumahnya. Tak lama kemudian pintu depan terbuka. "Loh Fatih, kok sudah pulang, bukannya tadi main bola sama Gaga?" Ujar ibunya. Ia mengurungkan niatnya untuk menyusul putra semata wayangnya itu dan mengajaknya pulang. Biasanya anak itu tidak akan pulang kecuali kalau disusul oleh sang Ibu. Untuk membujuknya pulang pun tidak mudah. Anak bernama Fatih itu hanya melirik sekilas ke arah Ibunya lantas menelungkupkan kepalanya dalam-dalam. Sang Ibu merasa ada yang tidak beres dari anaknya itu.  "Ada apa Fatih, ada yang usil ya?" Tanya Ibunya sambil duduk di dekat Fatih. Fatih menggeleng pelan dan mulai terdengar suara tangis darinya. Ibunya segera memeluk Fatih dengan hangat. Fatih membalas pelukan Ibunya. Tangisnya pecah dalam dekapan Ibunya. Ia tak bisa lama-lama menahan tangis di hadapan Ibunya tersebut.  "Cup..cup..cup, nangis di pelukan Ibu sini. Nanti kalo sudah selesai, cerita ke ibu." Tangis anak itu semakin pecah. Selang beberapa menit kemudian tangisnya mulai reda dan ia langsung menceritakan semuanya di hadapan Ibunya dari awal pertengkaran ia dan Gaga. "Ooh, gitu. Gampang nanti sore ke pasar bareng Ayah buat ganti bolanya Gaga ya." Ucap sang Ibu. Fatih hanya bisa mengangguk pelan.  "Tapi, kenapa harus diganti Bu, Fatih kan tidak sengaja. Fatih juga sudah minta maaf kok?" "Fatiih" Ibunya menatap lembut putra kesayangannya itu. "Kalau Fatih punya komik, terus ada temen Fatih yang tidak sengaja merobek komik itu, enak nggak?" Anak itu hanya menggeleng. "Terus Fatih bakal minta ganti kan?" tanya Ibu. "Ya minta benerin aja. Kalo nggak bisa dibenerin ya minta ganti lah." Ibunya tersenyum setengah tertawa melihat anaknya yang coba berkelit.  "Nak, denger Ibu baik-baik. Setiap perbuatan yang kita lakukan akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah swt. di akhirat nanti. Orang yang mengerjakan perbuatan yang baik akan mendapat pahala dan akan diberi kenikmatan di surga, sedangkan orang yang mengerjakan perbuatan buruk akan mendapat dosa dan akan diazab di neraka." Dawuh Ibunya. Fatih hanya bisa memperhatikan dengan seksama apa yang dikatakan oleh Ibunya. "Kemudian Ibu mau tanya. Menyakiti hati teman itu perbuatan baik atau buruk?" "Perbuatan buruk." Jawabnya lesu. "Terus, orang yang melakukan perbuatan buruk akan mendapatkan apa?" "Dosa." Jawabnya dengan nada yang lebih lesu. "Tapi kan Fatih nggak sengaja, Bu, ucap Fatih."  "Nak," Ibunya menatap Fatih lamat-lamat dan tatapan yang penuh kasih sayang. "Walaupun itu tidak disengaja, kalau berkaitan dengan orang lain tetap salah kalau seandainya orang tersebut tidak ridha dengan apa yang kita lakukan terhadapnya." "Tadi Fatih sudah minta maaf kok, Bu." "Terus dimaafin?" "Kata Gaga; ‘pokoknya ganti’ ucap Fatih." "Itu berarti Gaga belum ridha sebelum Fatih mengganti bola Gaga yang Fatih pecahkan itu." Kata IBunya dengan lembut. Fatih merunduk, tak tahan melihat tatapan Ibunya. "Emang Fatih mau nanti di akhirat, ketika sudah giliran Fatih masuk surga Gaga ngadu ke Allah 'Ya Allah, dulu Fatih pernah mecahin bolaku dan tidak diganti. Aku tidak terima, ya Allah." Akhirnya yang seharusnya Fatih jalan ke surga, eh malah ubah haluan ke jalan yang lain?" Fatih menggeleng tegas. Ia tidak mau kalau nanti dia tidak bisa masuk surga hanya karena tidak mengganti bola Gaga yang ia pecahkan.  "Jadi, Fatih harus ganti bola Gaga yang Fatih pecahkan. Ibu tidak mau salah satu anak Ibu masuk ke neraka gara-gara mecahin bola temennya. Faham?" Ia mengangguk. "Nanti sore pergi ke pasar sama Ayah ya buat beli bola. Sekalian potong rambut, sudah panjang, nanti di marah Bu guru kalo rambutnya belum dipotong." Ucap Ibunya sambil mengelus rambut bergelombang Fatih. Tiin tiin.  Bunyi sepeda motor matic X-Ride berwarna hijau memasuki halaman depan, kemudian diparkirkan di depan teras. Pengendaranya membuka helm lantas tersenyum melihat Istri dan anaknya tengah duduk di teras. "Assalamualaikum."  "Wa alaikumus salam." Jawab Fatih dan ibunya. Mereka seketika berdiri mengetahui ayah sudah pulang, Fatih langsung menyalami Ayahnya dan memeluknya. Ibunya ikut menyalaminya juga. "Ada acara apa nih, kok pada ngumpul di teras?" Ayahnya heran, tumben sekali anak dan Istrinya duduk di teras. "Tidak, cuma duduk nyantai saja." Jawab Ibu. "Gini, Yah. Tadi Fatih tidak sengaja mecahin bola temennya, Gaga. Nanti bisa minta tolong ke pasar sama Fatih ngga, beli bola baru untuk Gaga?"  "Oh bisa insya Allah. Fatih istirahat dulu sekarang, nanti sore habis solat ashar kita berangkat ke pasar ya, ucap Ayah dengan nada lembut.” "Baik, Ayah, jawab Fatih. []

Kategori :