PAGARALAMPOS.COM - Masalah stunting masih menjadi perhatian pemerintah. Stunting merupakan masalah gizi kronis yang disebabkan kurangnya asupan gizi yang baik selama waktu yang lama.
Terdapat empat kondisi masalah gizi yakni weight faltering, underweight, gizi kurang, dan gizi buruk.
Kesemuanya ini bisa memicu terjadinya stunting pada anak . Menurut Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan, dr. Maria Endang, pencegahan stunting yang lebih tepat harus dimulai dari hulu.
Sejak masa kehamilan sampai anak umur 2 tahun atau 1.000 hari pertama kehidupan.
BACA JUGA:Perlu Kamu Ketahui Makanan yang Harus Dihindari Penderita Maag
Penurunan prevalensi stunting dipengaruhi oleh 4 masalah gizi, yakni weight faltering, underweight, gizi kurang, dan gizi buruk. Setelah 4 masalah gizi tersebut teratasi, penurunan prevalensi stunting akan terjadi.
''Kalau mau menurunkan stunting maka harus menurunkan masalah gizi sebelumnya yaitu weight faltering, underweight, gizi kurang, dan gizi buruk. Kalau kasus keempat masalah gizi tersebut tidak turun, maka stunting akan susah turunnya,'' kata Dirjen Kesehatan Masyarakat dr. Maria Endang Sumiwi, MPH di Jakarta, Jumat (27/1).
Pencegahan stunting yang lebih tepat harus dimulai dari hulu yaitu sejak masa kehamilan sampai anak umur 2 tahun atau 1000 hari pertama kehidupan.
Pada periode setelah lahir yang harus diutamakan adalah pemantauan pertumbuhan yang dilakukan setiap bulan secara rutin. Dengan demikian dapat diketahui sejak dini apabila anak mengalami gangguan pertumbuhan.
BACA JUGA:9 Kepala Daerah di Sumsel ini Akan Berakhir Masa jabatannya
Dikatakan Dirjen Endang, gangguan pertumbuhan dimulai dengan terjadinya weight faltering atau berat badan tidak naik sesuai standar.
''Anak-anak yang weight faltering apabila dibiarkan maka bisa menjadi underweight dan berlanjut menjadi wasting. Ketiga kondisi tersebut bila terjadi berkepanjangan maka akan menjadi stunting,'' ungkapnya.
Pemerintah melakukan pemberian makanan tambahan untuk mengatasi masalah gizi di Indonesia. Pemerintah akan beralih dari pemberian makanan tambahan dengan biskuit menjadi pemberian makanan tambahan dengan makanan lokal.
''Jadi kita sudah mulai tahun 2022 di 16 kabupaten/kota, karena kami mau lihat pemberian makanan tambahan dengan makanan lokal bisa dilakukan tidak,'' ucap Dirjen Endang.
BACA JUGA:Tips Ampuh Kurangi Batuk Pada Penderita TBC