Semua awak-awak perahu tersebut berani mati. Itulah sebabnya maka negara itu menjadi pusat pelayaran.
Jika dilihat dari sejarah tersebut, tidak heran Sriwijaya menjadi pusat pertemua semua ras, budaya, dan adat istiadat yang dicover oleh kegiatan perekonomian Asia pada masa itu, dan sampailah pada masa peradapan Islam melalui Kesultanan Palembang Darussalam.
Pada masa sekarang, sebagian warga Palembang dikenal luas memiliki ciri fisik seperti orang China yang bermata sipit dan berkulit putih.
Ciri khas tersebut ternyata berkesesuaian dengan kisah pada zaman dahulu.
Informasi yang didapat dari beberapa sumber yang ada, awalnya orang-orang China yang masuk ke Palembang berdiam di Sungai Musi dengan membangun rumah rakit.
Kemudian, Sultan Mahmud Badaruddin I yang memimpin Kesultanan Palembang Darussalam antara 1724-1757, menikahi putri kerajaan China dan memiliki anak keturunan.
Pernikahan sang sultan itu diikuti para bangsawan kesultanan lain sehingga menyebar ke masyarakat biasa.
Perkawinan berbeda suku dan ras tersebut membuat fisik anak keturunannya mirip etnis Tionghoa.
BACA JUGA:9 Hal yang Sebabkan Bansos dari Pemerintah Milikmu Tak Cair Lagi
Pernikahan sang sultan itu diikuti para bangsawan kesultanan lain sehingga menyebar ke masyarakat biasa.
Perkawinan berbeda suku dan ras tersebut membuat fisik anak keturunannya mirip etnis Tionghoa.
Hal ini juga dibuktikan dengan cerita rakyat yang ada mengenai Panglima Perang Chengho. Perkawinan antara warga pribumi dan Tionghoa itu sudah ada sejak kedatangan Panglima Perang Chengho yang diutus penguasa China datang ke Palembang pada tahun 1407.
Lamanya berada di Palembang membuat prajurit Chengho menikah dengan wanita-wanita pribumi.
BACA JUGA:Presiden Tekankan Pembangunan Infrastruktur harus Ramah Lingkungan
Tujuannya juga untuk menyebarkan agama Islam di Bumi Sriwijaya.