Jadi ingat masa kuliah sekitar 12 tahun yg lalu, kebetulan sedang mengantar adik ke kampus yg sama untuk pendaftaran dan persiapan ospek. Ketemu dengan ortu mahasiswa, ngobrol sebentar dan ternyata anakanya masuk kedokteran di universitas tsb dan saat saya tanya biaya masuk ternyata sebesar 150 juta, saya pun terkejut dan terhenyak, karena biaya kuliah saya saat itu per-semester cuma 400rb doang, awal masuk pun tidak ada pembayaran apa pun kecuali biaya makan dan kaos selama ospek...
Rahma Huda Putranto
Saya membayangkan apa komentar Ki Hadjar Dewantara ketika mendengar kabar ini. Mungkin Ki Hadjar Dewantara akan membenarkan apa yang menjadi pendapatnya. "Dah saya bilang, lepaskan semua gelar di dunia pendidikan." Di dunia pendidikan semua sama. Tidak ada beda antara guru dan murid. Ini pakai sistem pamong. Makanya panggilan untuk pendidik itu memakai "Ki" di depan nama pendidik laki-laki dan "nyi" untuk pendidik perempuan. Mungkin harapannya agar masyarakat tidak silau dengan gelar-gelar yang melekat. Sebab manusia tidak lepas dari khilaf. Coba bayangkan, punya gelar profesor terus "kejeglong" seperti ini apa tidak mencoreng nama pendidikan secara umum? Padahal kita juga perlu melihat bahwa proses "memanusia" dilakukan sepanjang hayat. Tidak menutup kemungkinan pak rektor ini juga masih membutuhkan pendidikan. Long life education. Walau pendidikannya dilakukan di balik jeruji besi. Ki Hadjar, engkau tak perlu menangis. Engkau telah menanamkan "pendidikan yang berkebudayaan". Saya sarankan bagi pembaca disway untuk membaca buku dengan judul tersebut karya Yudi Latif. Semoga jiwa pengabdian Ki Hajar muncul di benak-benak pendidik.
ibnuhidayat setyaningrum
Yang diperjuangkan sang rektor adalah batas usia maksimal menjadi rektor. Bukanlah biaya masuk mahasiswa mandiri. Jadi, atas perjuangan sang rektor, sebaiknya siapa pun tidak perlu berprasangka buruk. Kalau misalkan batas maksimal usia bisa diperjuangkan, maka aku perlu memperjuangkan batas maksimal seseorang dikatakan masih muda menjadi 70 tahun. Jadi, seseorang yang berusia 69 masih dikategorikan pemuda.
Fenny Wiyono
ada ungkapan guru terbaik adalah pengalaman, kl kurang pengalaman ya di tangkap KPK.. sekarang sdh dpt pengalaman di tangkap KPK semoga belajar lagi bagaimana berhenti melakukan korupsi atau mungkin belajar bagaimana lain kali tidak sampai ketangkap.
Rihlatul Ulfa
Mungkin dia kira KPK hanya gertak sambal. Mungkin dia berfikir taktiknya lebih hebat dari strategi KPK.
M Gathmir
Info dari teman2 SD yg masih tinggal di daerah Sumsel, praktek 'duit' untuk masuk Kedokteran Unila ini sdh lama, rata2 350jtan lolos dah. Banyak orang tua disana yg punya kebun sawit, karet (istilahnya toke) kepingin anaknya jadi dokter dan mereka mampu membayar sejumlah tsb, tanpa memikirkan apakah anaknya mampu atau tidak menjalani kuliah di kedokteran. Tapi di unila jarang terdengar mahasiswa kena DO. Pengalaman Sy yg punya anak di Kedokteran (UI), kuliahnya sangat berat dibanding jurusan lain dan anak Sy sering nangis2, menurutnya kuliahnya berat dan temannya pinter2 jadi preassure nya tinggi. FK UI tidak ada jalur Mandiri (jurusan lain ada), yg ada hanya jalur reguler dan internasional. Masuk jalur reguler melalui undangan (SNMPTN-nilai raport) dan Tes/SBMPTN (UTBK & SIMAK), sedangkan masuk jalur internasional/talent scouting hanya melalui undangan (nilai raport + to TEOFL min 550). Uang kuliah reguler hanya SPP (0 - 20jt/sem) tdk ada uang muka, utk Internasional uang muka 100jt & SPP 45jt/sem dan +/-800jtan utk 1thn di Monash/Melbourne atau Newcastle Univ.